1. Cari nformasi di internet tentang cara men-solder yang benar ( lebih baik yang ada gambarnya )
2. Cari informasi di internet bagaimana cara mengecek kapasitor apakaj masih dalam kondisi baik/buruk dengan menggunakan Multitester
3. Terangkan tentang transistor dan kaki-kaki pada transistor (disertai gambar)
4. Cari informasi di internet bagaimana cara mengecek transistor apakah masih dalam kondisi baik/rusak
5. Bagaimana cara mengecek/mengetahui kapasitas menggunakan Multitester komponen berikut :
a. Resistor
b. Kapasitor
c. Transistor
Jawaban !
1. Cara men-solder yang benar
Proses Penyolderan
Jika
hal diatas sudah dipahami dan dipersiapkan maka mari lanjutkan pada
tahap penyolderan. Perhatikan dengan seksama tahapan dibawah ini dan
hal-hal yang harus dilakukan selama tahap penyolderan.
1. Bersihkan PCB dan Kaki Komponen
Bersihkan
bagian-bagian yang akan disolder baik itu PCB maupun kaki komponen
elektronika dengan ampelas halus atau pisau sehingga lapisan-lapisan
cat, gemuk atau oksida tersingkirkan. Bila menggunakan kawat montase
berisolasi (misal; kawat email) maka kelupaslah dulu isolasinya
sepanjang 6-7mm kemudian ujung kawat dilapis dengan timah.
2. Memasukan Komponen Elektronika pada PCB
Kawat
kaki komponen dimasukan pada lubang PCB dan bengkokan dengan tang
sehingga terdapat pengait mekanis untuk menjaga posisi komponen. Ujung
kawat yang berdiameter besar harus dipasang sedemikian rupa sehingga
penyolderan dapat dilakukan dengan baik.
3. Mengatur Posisi PCB
Aturlah
posisi PCB dan titik solderan sehingga cairan timah dapat mengalir
sendiri ke titik yang diinginkan dengan bantuan gravitasi bumi.
4. Memanaskan PCB dan Kaki Komponen
Letakan
bagian datar dari ujung solder ke sisi yang lebar pada PCB sehingga
penyaluran panas terjadi melalui permukaan yang paling luas.
5. Menambahkan Timah pada Titik Solderan
Berikan
timah pada titik solderan dan usahakan lapisan kolophonium lebih dulu
mencair baru kemudian timah. Jumlah timah yang dilebur pada titik
solderan tidaklah harus memenuhi lingkaran pad PCB.
6. Menarik Timah Solder
Setelah
jumlah timah yang meleleh dirasa cukup, singkirkan timah dari titik
solderan. Tahan ujung solder pada titik solderan sampai timah meresap
pada semua bagian solderan. Setelah itu tarik ujung solder dari titik
solderan dan biarkan beberapa saat untuk proses pendinginan.
7. Mendinginkan Titik Solderan
Selama
pendinginan, titik penyolderan tidak boleh terguncang untuk menghindari
penyolderan dingin. Penyolderan dingin dapat dilihat dari permukaan
timah pada titik solderan yang menjadi buram.
8. Penyolderan Dingin
Penyolderan
dingin juga dapat terjadi akibat ujung solder yang kurang panas,
terlalu cepat ditarik dari titik penyolderan dan kualitas timah yang
jelek. Timah terlihat menempel berupa tetesan pada PCB, solderan seperti
ini sangatlah rapuh.
9. Perbaikan Solderan Dingin
Penyolderan
dingin bisa saja terjadi maka untuk mengatasinya lakukan pemanasan
menggunakan ujung solder pada titik solderan yang akan diperbaiki
kemudian tambahkan timah hingga timah meresap pada titik solderan.
Ketika dingin pastikan permukaan titik solderan licin dan mengkilap.
10. Perhatikan!
Untuk
menyolder komponen semikonduktor gunakanlah solder yang panas dan
lakukan dengan cepat. Hindari menggunakan solder yang dingin yang justru
membuat proses penyolderan menjadi lebih lama kecuali dalam kondisi
tertentu yang mengharuskan menggunakan solder yang lebih dingin.
2. Cara mengecek kapasitor
Pengujian ini sebenarnya tidak begitu akurat karena untuk keperluan
pengujian sebuah Kapasitor yang lebih tepat adalah dengan Capasitance
Meter. Dengan alat ukur tersebut akan diketahui bagus tidaknya kapasitor
sekaligus nilai kapasitansinya.
Meskipun tidak seakurat Capasitance Meter, multimeter analog dapat digunakan untuk menguji bagus tidaknya sebuah Kapasitor. Berikut adalah langkah-langkah untuk menguji Kapasitor menggunakan multimeter analog:
Meskipun tidak seakurat Capasitance Meter, multimeter analog dapat digunakan untuk menguji bagus tidaknya sebuah Kapasitor. Berikut adalah langkah-langkah untuk menguji Kapasitor menggunakan multimeter analog:
- Siapkan multimeter analog
- Atur selector pada bagian Ohm Meter dengan skala yang disesuaikan besar kecilnya kapasitansi yang tertulis pada fisik Kapasitor (X1, X10 untuk Kapasitor kecil sedangkan untuk Kapasitor yng besar gunakan skala X100 atau X1K)
- Hubungkan probe (jarum positif dan negatif multimeter) ke masing-masing kaki Kapasitor. Pemasangan probe dapat bolak-balik.
- Perhatikan pergerakan jarum indikator pada multimeter
- Jika jarum diam (tidak bergerak), kemungkinan Kapasitor putus,
- Jika jarum menunjuk angka 0 (Nol), kemungkinan Kapasitor terhubung singkat (short)
- Jika jarum bergerak dan menunjuk nilai tertentu tetapi tidak kembali ke semula, kemungkinan Kapasitor bocor
- Jika jarum bergerak dan menunjuk nilai tertentu kemudian jarum tersebut kembali ke semula, Kapasitor tersebut masih bagus
Jawab ->
transistor merupakan alat dengan tiga terminal seperti yang diperlihatkan oleh simbol sirkit pada gambar 1. Setelah bahan semikonduktor dasar diolah, terbentuklah bahan semikonduktor jenis P dan N. Walaupun proses pembuatannya banyak, pada dasarnya transistor merupakan tiga lapis gabungan kedua jenis bahan tadi, yaitu NPN atau PNP.
Gambar 1, Simbol sirkit untuk transistor (a) PNP, (b) NPN
(Sumber : Barry Woollard, Elektronika Praktis, 1993: 70)
Simbol sirkit kedua jenis transistor itu hampir sama. Perbedaannya terletak pada arah tanda panah di ujung emitter,
seperti yang telah diketahui, arah tanda panah ini menunjukkan arah
aliran arus konversional yang berlawanan arah dalam kedua jenis tadi
tetapi selalu dari jenis P ke jenis N dalam sirkit emitter dasar.
Gambar 1 Bentuk nyata transistor
Transistor NPN
Menurut Woollard (1993: 70) Kolektor dan emitter merupakan bahan N dan
lapisan diantara mereka merupakan jenis P. Pada mulanya diperkirakan
bahwa transistor seharusnya bekerja dalam salah satu arah, ialah dengan
saling menghubungkan ujung-ujung kolektor dan emitter karena mereka
terbuat dari jenis bahan yang sama. Namun, hal ini tidaklah mungkin
karena mereka tidak berukuran sama. Kolektor berukuran lebih besar dan
kebanyakan dihubungan secara langsung ke kotaknya untuk penyerapan
panas. Ketika transistor digunakan hampir semua panas yang terbentuk
berada pada sambungan basis kolektor yang harus mampu menghilangkan
panas ini. Sambungan basis emitter hanya mampu menahan tegangan yang
rendah.
Operasi dalam arah balik dapat dijalankan tetapi tidak efisien,
sehingga tidak sesuai dengan metode hubungan praktis karena sangat
sering merusakkan alat. Pada umumnya transistor dianggap sebagai suatu
alat yang beroperasi karena adanya arus. Kalau arus mengalir ke dalam
basis dan melewati sambungan basis emitter suatu suplai positif pada
kolektor akan menyebabkan arus mengalir diantara kolektor dan emitter.
Dua hal yang harus diperhatikan pada arus kolektor adalah :
1. Untuk arus basis nol, arus kolektor turun sampai tingkat arus kebocoran yaitu kurang dari 1 mF dalam kondisi normal (untuk transistor silikon).
2.
Untuk arus basis tertentu, arus kolektor yang mengalir akan jauh lebih
besar daripada arus basis itu. Arus yang dicapai ini disebut hFE, dengan
dimana, iC = perubahan arus kolektor
iB = perubahan arus basis
hFE = arus yang dicapai
Transistor PNP beroperasi dengan cara yang sama dengan piranti NPN.
Gambar dibawah ini akan memperlihatkan suatu transistor PNP yang dibias
untuk beroperasi dalam mode aktif. Disini tegangan VEB
menyebabkan emitter tipe P potensialnya lebih tinggi dari basis tipe –N,
sehingga persambungan basis emitter menjadi bias maju. Persambungan
kolektor basis dibias balik oleh tegangan VBC yang menjaga
basis tipe-N berpotensial lebih tinggi dibandingkan kolektor tipe-P.
Tidak seperti transistor NPN, arus dalam piranti PNP terutama disebabkan
oleh lubang yang diinjeksikan dari emitter ke dalam basis sebagai
tegangan bias maju VEB. Karena komponen arus emitter yang
disebabkan elektron yang diinjeksikan dari basis ke emitter dijaga agar
kecil dengan menggunakan basis doping ringan, sebagian besar arus
emitter disebabkan oleh lubang. Elektron yang diinjeksi dari basis ke
emitter menghasilkan komponen dominan arus basis iB1.
Demikian juga lubang yang diinjeksi ke dalam basis akan berkombinasi
dengan pembawa mayoritas dalam basis (elektron) dan hilang. Hilangnya
elektron basis harus diganti dari rangkaian luar yang menimbulkan
komponen kedua arus basis iB2. lubang-lubang yang
berhasil mencapai batas daerah pengosongan persambungan basis kolektor
akan tarik oleh tegangan negatif pada kolektor. Jadi lubang-lubang ini
akan disapu melintasi daerah pengosongan ke dalam kolektor dan timbul
sebagai arus kolektor.
Karakteristik Operasi Transistor
Karakteristik operasi tiap transistor yang menyatakan spesifikasinya
tidak boleh dilampaui. Lembaran data memberikan nilai-nilai penting,
beberapa diantaranya diberikan dibawah ini dan diperlihatkan pada gambar
2.
VCBO = tegangan basis kolektor maksimum (kolektor +ve)
VCEO = tegangan emitter kolektor maksimum (kolektor + ve)
VEBO = tegangan basis emitter maksimum (emitter + ve)
Gambar 2. Karakteristik operasi tegangan transistor
(Sumber : Woollard, Elektronika Praktis, 1993: 73)
Menurut Barry Woollard (1993: 73) mengatakan bahwa jika arus basis IB nol, arus kolektor IC akan menjadi arus kebocoran yang rendah dan tegangan yang melalui resistor muatan RL akan sia-sia. Oleh karena itu:
VCE ≈ VCC tegangan suplai
Kalau jumlah nominal IB kecil, IC akan sama dengan hFE IB dan tegangan yang melalui RL, akan menjadi:
VR = ICRL
dan VCE = VCC - ICRL
dan VCE = VCC - ICRL
Naiknya IB akan menyebabkan IC naik terus hingga mencapai titik ICRL ≈ VCC, yaitu ketika IC tidak dapat naik lagi, meski IB tetap naik.
Pada titik ini transistor dikatakan mendapat aliran secara keras, sampai ke dasar atau sarat, dan tegangan VCE disebut VCE sarat
tegangan output yang sarat. Biasanya tegangan ini sebesar 0,2 Volt
untuk transistor silicon serta dapat sekecil beberapa puluh milivolt,
tetapi tidak lebih dari 0,3 Volt.
Gambar 3 Transistor sebagai saklar
(Sumber : Woollard, Elektronika Praktis, 1993: 74)
Contoh: Diketahui sebuah transistor mengatur beban 0,5A dengan suplai d.c. 12V
1. Ketika transistor itu OFF (mati) :
Anggaplah IC = 1µA yaitu hanya sebesar arus kebocoran.
VCE ≈ VCC = 12V.
Oleh karena itu, pemakaian daya oleh transistor,
P = VCE x IC
= 12 x 1
= 12µW.
= 12µW.
2. Ketika transistor itu ON (hidup) :
IC = 0,5 A.
VCE = VCC sarat
≈ 0,2 V.
≈ 0,2 V.
Oleh karena itu, pemakaian daya oleh transistor,
P = VCE x IC
= 0,2 x 0,5
= 0,1W
= 0,1W
3. Ketika transistor itu baru bekerja setengah jalan:
IC = 0,25 A.
VCE = 6 V.
Oleh karena itu, pemakaian daya oleh transistor,
P = VCE x IC
= 6 x 0,25
= 1,5 W.
= 1,5 W.
Kalau daerah pemakian daya ditengah dapat dilalui dalam waktu singkat,
transistor itu akan bekerja baik dengan daya ON dan OFF. ekstrem yang
rendah, dan segalanya akan berjalan lancar. Akan tetapi arus beban tidak
boleh melebihi IC (max).
Menurut Owen Bishop
(2004: 72) mengatakan bahwa rangkaian saklar transistor memanfaatkan
fitur terpenting dari sebuah transistor BJT-gain. Terdapat lebih dari
satu definisi untuk gain yang akan merujuk untuk gain arus sinyak kecil
(Small Signal Current Gain). Gain tidak memiliki satuan. Gain hanyalah
sebuah bilangan, karena besaran ini merupakan hasil dari pembagian arus
dengan arus. Gain sebuah transistor BJT
yang tipikal adalah 100. Rangkaian dibawah ini digunakan untuk
memperlihatkan dan menjelaskan secara sederhana konsep gain transistor.
Gambar 4 Rangkaian transistor sebagai saklar
(Sumber : Warsito S, Vademekum Elektronika, 1995: 184)
dimana : IC = arus kolektor
IB = arus basis
RB = hambatan basis
RC = hambatan kolektor
VCC = tegangan input
Denyut sulut (Tringger Pulse) perlu setinggi :
VB = IB RB + 0,6 V
Selama ada denyut masukan, pada dioda B-E terukur ada tegangan terbalik
Transistor tipe JFET
Arif Budiman (1992;152) mengatakan bahwa MOSFET (Metal Oxide Semiconductor Field Effect Medan Transistor) adalah suatu jenis transistor efek medan / Field Effect Transistor (FET) yang merupakan semikonduktor yang mempunyai campuran oksidasi metal. Teknologi MOS (Metal Oxide Semiconductor) digunakan juga untuk membuat sirkuit terpadu yang mempunyai indentitas yang tinggi. Metal Oxide Semiconductor sering juga disebut insulated gate FET (IGFET). Hal ini disebabkan karena gate pada MOSFET tidak langsung berhubungan dengan saluran, tetapi diisolasi oleh suatu lapisan oksigen logam yang tipis (biasanya silikon oksida).
Transistor tipe JFET
Arif Budiman (1992;152) mengatakan bahwa MOSFET (Metal Oxide Semiconductor Field Effect Medan Transistor) adalah suatu jenis transistor efek medan / Field Effect Transistor (FET) yang merupakan semikonduktor yang mempunyai campuran oksidasi metal. Teknologi MOS (Metal Oxide Semiconductor) digunakan juga untuk membuat sirkuit terpadu yang mempunyai indentitas yang tinggi. Metal Oxide Semiconductor sering juga disebut insulated gate FET (IGFET). Hal ini disebabkan karena gate pada MOSFET tidak langsung berhubungan dengan saluran, tetapi diisolasi oleh suatu lapisan oksigen logam yang tipis (biasanya silikon oksida).
4. Cari informasi di internet bagaimana cara mengecek transistor apakah masih dalam kondisi baik/rusak
Jawab ->
Transistor
ekivalen dengan dua buah dioda yang digabung, sehingga prinsip
pengujian dioda diterapkan pada pengujian transistor. Untuk transistor
jenis NPN, pengujian dengan jangkah pada x100, penyidik hitam ditempel
pada Basis dan merah pada Kolektor, jarum harus meyimpang ke kanan. Bila
penyidik merah dipindah ke Emitor, jarum harus ke kanan lagi.
Kemudian
penyidik merah pada Basis dan hitam pada Kolektor, jarum harus tidak
menyimpang dan bila penyidik hitam dipindah ke Emitor jarum juga harus
tidak menyimpang.
Selanjutnya
dengan jangkah pada 1 k penyidik hitam ditempel pada kolektor dan
merah, pada emitor, jarum harus sedikit menyimpang ke kanan dan bila
dibalik jarum harus tidak menyimpang. Bila salah satu peristiwa tersebut
tidak terjadi, maka kemungkinan transistor rusak.
Untuk
transitor jenis PNP, pengujian dilakukan dengan penyidik merah pada
Basis dan hitam pada Kolektor, jarum harus meyimpang ke kanan. Demikian
pula bila penyidik merah dipindah ke Emitor, jarum arus menyimpang ke
kanan lagi. Selanjutnya analog dengan pangujian NPN.
Kita
dapat menggunakan cara tersebut untuk mengetahui mana Basis, mana
Kolektor dan mana Emitor suatu transistor dan juga apakah jenis
transistor PNP atau NPN. Beberapa jenis multimeter dilengkapi pula
fasilitas pengukur hFE, ialah salah parameter penting suatu transistor.
5. Bagaimana cara mengecek/mengetahui kapasitas menggunakan Multimeter komponen berikut:
a. Resistor
b. Kapasitor
c. Transistor
Jawab ->
RESISTOR
Langkah-langkah pemeriksaan resistor:
- Memutar saklar sampai pada posisi R x Ohm.
- Kalibrasi dengan menghubungkan colok (+) dan colok (-). Kemudian memutar penyetel sampai jarum menunjuk pada angka nol (0). Atau putar control adjusment untuk menyesuaikan.
- Setelah itu kita hubungkan pencolok (+) pada salah satu kaki resistor, begitu pula colok (-) pada kaki yang lain.
- Perhatikan jarum penunjuk. Apakah ia bergerak penuh atau sebaliknya jika bergerak dan tak kembali berarti komponen masih baik. Bila sebaliknya jarum penunjuk skala tidak bergerak berarti resistor rusak.
- Komponen resistor yang masih baik juga bisa dinilai dengan sama atau tidak nilai komponen resistor yang tertera pada gelang-gelang warnanya dengan pengukuran melalui multimeter.
- Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
- Pilih skala batas ukur X 1 untuk nilai elko diatas 1000uF, X 10 untuk untuk nilai elko diatas 100uF-1000uF, X 100 untuk nilai elko 10uF-100uF dan X 1K untuk nilai elko dibawah 10uF.
- Hubungkan probe multimeter (-) pada kaki (+) elko dan probe (+) pada kaki (-) elko.
- Pastikan jarum multimeter bergerak kekanan sampai nilai tertentu (tergantung nilai elko) lalu kembali ke posisi semula.
- Jika jarum bergerak dan tidak kembali maka dipastikan elko bocor.
- Jika jarum tidak bergerak maka elko kering / tidak menghantar.
- Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
- Pilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000).
- Hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada kolektor .
- Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-C.
- Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada kolektor.
- Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-C.
- Hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada emitor.
- Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-E.
- Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada emitor.
- Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-E.
- Hubungkan probe multimeter (+) pada emitor dan probe (-) pada kolektor.
- Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus C-E.
- Note : pengecekan probe multimeter (-) pada emitor dan probe (+) padakolektor tidak diperlukan.
- Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
- Pilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000).
- Hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada kolektor.
- Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-C.
- Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada kolektor.
- Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-C.
- Hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada emitor.
- Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-E.
- Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada emitor.
- Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-E.
- Hubungkan probe multimeter (-) pada emitor dan probe (+) pada kolektor.
- Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus C-E.
- Note : pengecekan probe multimeter (+) pada emitor dan probe (-) pada kolektor tidak diperlukan.